RSS

sajak-sajak


Sajak Rajawali (WS. Rendra)

sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka









Doa di Jakarta
Karya :  WS. RENDRA
Tuhan yang Maha Esa,
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai,
fikiran yang dipabrikkan,
dan masyarakat yang diternakkan.
Malam rebah dalam udara yang kotor.
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan.
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran.
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan,
terpenjara, tanpa jendela.
Tuhan yang Maha Faham,
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh,
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C.
Hati manusia telah menjadi acuh,
panser yang angkuh,
traktor yang dendam.
Tuhan yang Maha Rahman,
ketika air mata menjadi gombal,
dan kata-kata menjadi lumpur becek,
aku menoleh ke utara dan ke selatan -
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk wang logam?
Di manakah catatan belanja harian?
Di manakah peradaban?
Ya, Tuhan yang Maha Hakim,
harapan kosong, optimisme hampa.
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata.

 
Sayap-sayap Tuhan
John Waromi
Di Pantai Selatan, perempuan itu
Menggaris bentangan langit
Lalu ia menjadi orang asing
Di dalam dirinya sendiri.

Di sepatunya rantai berderit
Memanggil, tunggu!
Ketika langkah tak lagi tertahan
Samudra biru dan sebuah pulau
Menuggu
Derap derit rantai yang
Menggapit pengki dan
memanggul cangkul
tak tahu dimana tanah air.

Tapi kautelah melangkah
Seseorang telah tiba semalam
Dan berduel dengan tuhanmu
Lantas mimpimu menggambar
Sawah dan pabrik tahu
Serta aroma tempe yang harum dari kualinya.

Di Pantai Selatan antara
Cilacap dan Marind- Anim
Kau sangkali ibundamu
Yang mencari tuhannya sendiri

Di pantai ini
Tempe dan tahu
Menjadi tuhan
Di dalam totem

Tapi,
Tuhan telah berlayar
Bersama kekasihnya
Ke sebuah pantai
Di utara

Pada sebuah pantai
Seorang penyair telah
Memuji tuhannya, lalu
Terbang dan menjadi tuhan
Dalam diri perempuannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar