RSS

kritik untuk menteri perhubungan

Ekonomi AC atau Kipas Angin ?

            Cuti bersama yang  bertepatan dengan liburan hari raya Idul Fitri, membuat pengguna transportasi masal membeludak, tak tanggung-tanggung mereka-pun rela merogoh kocek hingga ratusan ribu hanya untuk pulang dalam rangka mudik lebaran. Transportasi umum  yang marak dipakai oleh khalayak adalah kereta api atau yang sekarang disebut computer line. Tarif yang terjangkau membuat masyarakat lebih memilih kereta api. Tapi dengan begitu, mereka malah mengesampingkan keselamatan dan kenyamanan mereka sendiri.
            Computer line baik ekonomi biasa ataupun ekonomi AC sama maraknya, begitu juga sama tingkat kenyamanannya. Berdesak-desakkan, jerit isak tangis anak kecil selalu terdengar di setiap kereta berhenti untuk mengangkut penumpang. Tidak sampai di situ saja, computer line ini berhenti di semua stasiun, yang membuat waktu sampai tujuan menjadi lebih lama. Kendati begitu, masih saja manusia-manusia di Indonesia lebih memilih jalur kereta api.
            Tertulis jelas di loket pembelian tiket bagian “Ekonomi AC”, petugas loketpun melontarkan kata-kata yang membuat para penumpang bergairah untuk memilih kereta ekonomi AC. Petugas mengatakan bahwa tingkat kenyamanan pada kereta api ekonomi AC lebih nyaman, dan cocok untuk wanita dewasa yang membawa balita. Maka para penumpang lebih memilih ekonomi AC yang katanya lebih nyaman.
            Menunggu kurang lebih setengah jam untuk mendapatkan tempat duduk di kereta ekonomi AC, itulah yang dilakukan penumpang. Melihat kereta ekonomi biasa yang sudah lebih dulu berangkat, penumpang ekonomi AC kecewa.
            Tepat di waktu computer line ekonomi AC berhenti, para penumpang langsung menerobos kereta dengan cara satu sama lain bertabrak-tabrakan. Padahal sudah di umumkan bahwa utamakan yang hendak turun dari kereta. Di dalam kereta api, ternyata tidak semua penumpang mendapatkan tempat duduk. Setiap kereta berhenti, penumpang semakin bertambah banyak.
            Harapan adanya atmosfer yang sejuk lantaran berada di kereta api ekonomi AC terus menggugah. Ternyata tidak sepadan dengan apa yang diharapkan, tidak ada hawa sejuk dari AC, melainkan hanya dari kipas angin, itupun tidak sepenuhnya kipas angin berfungsi. Kalau begini, siapa yang seharusnya disalahkan? Penumpang yang terlalu banyak sehingga memuntahkan hawa panas, atau pemerintah yang tidak ada konsistensinya?
            Seharusnya dengan maraknya arus mudik lebaran, pemerintah lebih menyediakan transportasi umum yang layak untuk digunakan, dan tingkat kenyamanan lebih dipertimbangkan, sehingga mereka bisa dianggap berkonsistensi penuh. Mulailah dengan menata banyaknya jumlah penumpang dalam transportasi, ataupun dalam menyediakan sarana yang sesuai dengan semestinya. Dengan begitu, tingkat keselamatan khalayak lebih terjaga dan tidak mengurangi rasa kekecewaan dalam batin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar