Indikator Tambahan
¶ Sumber cerpen: Koran Kompas, Minggu, 24 Juli 2011
¶ Pengertian Cerpen:
B Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).
B Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. Untuk menentukan panjang cerpen memang sulit untuk ukuran yang umum, cerpen selesai dibaca dalam waktu 10 sampai 20 menit. Jika cerpennya lebih panjang mungkin sampai 1½ atau 2 jam. Yang jelas tidak ada cerpen yang panjang 100 halaman (Surana, 1987:58).
B Cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.Dalam cerita pendek dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan dan mngandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
¶ Unsur-unsur intrinsik cerpen :
1) Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek.Tema suatu cerita mensegala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.
2) Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian.
3) Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.
4) Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita.Latar ini berguna untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, dan membangun suasana cerita.Latar terdiri atas latar tempat, waktu dan sosial.
5) Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
6) Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar.Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya.
¶ Unsur ekstirinsik cerpen :
1.) Latar belakang pengarang
2.) Keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan
Cerita pendek memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Alur lebih sederhana
2. Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang
3. Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relatif terbatas,
4. Tema dan nilai-nilai kehidupan yang disampaikan relatif sederhana.
KD 7.1 Menemukan Tema, Latar,dan Penokohan pada Cerpen
¶ Judul cerpen : Perpisahan
¶ Menganalisis unsur instrinsik pada cerpen
1. Tema : Perpisahan
2. Plot atau alur : Alur campuran
No. | Rangkaian alur | Peristiwa |
1. | Perkenalan | Aku dan kamu (Hans), bertemu di kota Berlin setelah menyelesaikan seminar tentang negara-negara berkembang dan masalah-masalah yang tidak pernah selesai,lalu kami mencari tempat untuk minum kopi. |
2. | Konflik | Kutatap matamu yang coklat dan ingin mengatakan sesuatu lalu menganggapnya tidak perlu.Mungkin nanti saja, saat kita punya waktu lebih atau saat kamu sudah siap. |
3. | Klimaks | Atau kukatakan saja sekarang? Tapi aku malah bercerita tentang kematian ayahku. |
4. | Ending | Hans, kita tidak akan bertemu lagi tahun depan atau bahkan sebelum tahun itu tiba. Setelah meninggalkan Berlin,aku akan menulis surat terakhir untukmu: tentang sel-sel penyakit yang berkembang dan menjalar dalam kesenyapan, dan hari-hari yang tidak akan kita miliki lagi di mana pun. |
3. Penokohan dan perwatakan
No | Nama | Pemeranan | Perwatakan | Data tekstual | |
1. | Aku | Pemeran Utama | Protagonis (perhatian, baik hati,berbakti pada orang tua) | i. Aku benar-benar letih. | |
ii.- Seperti apa ibumu waktu hidup, aku ingin tahu, menyesal tidak sempat bertemu dan mulai hanyut dalam kenangan kematian itu. -Tapi aku malah bercerita tentang kematian Ayahku - Setelah meninggalkan Berlin,aku akan menulis surat terakhir untukmu | |||||
iii. -Setelah dia meninggal, aku pulang ke rumah sebentar untuk menengok ibuku. - Seperti apa ibumu waktu hidup, aku ingin tahu, menyesal tidak sempat bertemu dan mulai hanyut dalam kenangan kematian itu. - Aku merengkuh pundakmu, mengajakmu terus melangkah, tiada berkata-kata. Kamu tertawa. Rasanya enak berjalan seperti ini. | |||||
2. | Hans (kamu) | Pemeran utama | Protagonis (baik hati, perhatian, berbakti pada orang tua) | i. HANS, tiap kali kita berdiri di tepi sungai itu, kamu selalu mengatakan hal yang sama... ii. -Kamu menatapku, tapi sebenarnya tidak sungguh-sungguh. - Kamu belum siap berpisah. - Kamu masih ingat suatu hari bersama ibumu. iii. -Kamu akan mengunjungi ayahmu sebulan sekali setidaknya jika menetap dan bekerja di Berlin. - Setelah itu, ia tidak berkata sepatah kata pun selama hampir tiga jam. Kamu memijat lembut kaki-kakinya. Kamu belum siap berpisah. - Kamu meraih tanganku dan menggenggamnya erat. | |
3. | Ibumu (Ibunya Hans) | Pelaku pendamping | Protagonis (perhatian, berjiwa sosial, khawatir) | i. Ibumu tiba-tiba berkata, lirih, ”Hidup saya begitu indah.” ii. Namun, ibumu tidak pergi seperti Rosa. iii. -”Ibu saya seorang guru, kepala sekolah yang baik dan serius bekerja, sangat memperhatikan anak-anaknya, sedikit tidak sabar, dan kadang-kadang khawatir,” katamu. -”Ibu saya meninggal dengan berani.” | |
4. | Ayahmu (ayah Hans) | Pelaku pendamping | Protagonis (tegar,sabar, baik hati) | i.Ayahmu juga terlambat sampai di rumah itu. ii. Ayahmu di lantai bawah. iii. Ayahmu lantas menghibur diri lebih keras bahwa inilah cara pergi yang diinginkan istrinya. | |
4. Latar
No | Latar | Data Tekstual | ||
Tempat | Waktu | Suasana | ||
1. | Sugai Spree | 3 hari setelah kematian ibu | Sedih | Tiga hari setelah ibumu meninggal, kamu, kembaranmu Fabian dan ayahmu pergi ke Sungai Spree dan mengenang masa silam yang kini bagai mimpi. |
2. | Ke sebuah rumah | 4 hari sebelum ibu meniggal | Sedih | Empat hari sebelum itu, ia minta dipindahkan ke sebuah rumah tempat orang-orang menunggu kematian. Ia ingin menyongsong mautnya sendiri. |
3. | Kota ini | Sudah dua kali | Sedih | Sudah dua kali kita bertemu di kota ini. Setelah seminar tentang negara-negara berkembang dan masalah-masalah yang tidak pernah selesai, kita bergegas mencari tempat untuk minum kopi dan menghirup udara luar. Bedanya, ibumu sudah tidak ada. |
4. | Pantai | Suatu hari | senang | Suatu hari kamu, Fabian, dan orangtuamu tamasya ke pantai. |
5. | Rumah itu | Lima menit yang lalu | sedih | Ayahmu juga terlambat sampai di rumah itu. Perawat mengabarkan bahwa kematian datang lima menit yang lalu dan Ibumu telah pergi bersamanya |
6. | Pergi dari Berlin | Tahun depan | Sedih | Hans, kita tidak akan bertemu lagi tahun depan atau bahkan sebelum tahun itu tiba. Setelah meninggalkan Berlin, aku akan menulis surat terakhir untukmu |
7. | Tembok Berlin | Saat usia 10 tahun | Ramai | Usiamu 10 tahun saat tembok itu hancur. Orang-orang di timur bebas pergi ke barat, lalu kata ”timur” dan ”barat” itu benar-benar lenyap. |
8. | Restoran | Seperti tahun lalu | Senang | Udara dingin. Apakah kita akan makan siang di restoran yang sama? Seperti tahun lalu? ”Kita makan di restoran yang sama saja, ya. Pelayannya mungkin masih ingat kita.” |
9. | Di kamar orang tuaku | 7 tahun yang lalu | Haru | Di kamar orangtuaku, ada satu lemari besar khusus untuk menyimpan barang-barang ayah agar tidak berdesakan dengan milik ibu di lemari yang lain. Aku membukanya, melihat pakaian-pakaian Ayah tergantung dan terlipat rapi. Waktu kubuka salah satu laci, kutemukan baju baletku waktu berusia tujuh tahun, sepatu baletku yang tali-talinya telah kumal, kacamata-kacamataku waktu di sekolah dasar, jepit-jepit rambut dengan hiasan beruang kecil. |
10. | Berlin | Tahun depan | Sedih | Hans, kita tidak akan bertemu lagi tahun depan atau bahkan sebelum tahun itu tiba. Setelah meninggalkan Berlin, aku akan menulis surat terakhir untukmu: tentang sel-sel penyakit yang berkembang dan menjalar dalam kesenyapan, dan hari-hari yang tidak akan kita miliki lagi di mana pun. |
5. Sudut pandang : Orang pertama pelaku utama
6. Amanat : -sempatkanlah bersinggah orang tuamu, walau hanya sebentar
-hadapilah segala macam cobaan dengan ketabahan dan keikhlasan.
-jadilah anak yang berbakti pada orang tua
-cepatlah dalam memilih keputusan dan pikirkanlah secara matang-matang. -Ketika orang yang kita sayangi masih hidup kadang-kadang kita tidak tidak terlalu peduli dengan keadaannya, tapi ketika orang itu sudah tak ada kita mungkin menyesal tidak berbuat baik yang lebih banyak terhadapnya waktu dia masih hidup.
KD 7.2 Menganalisis Nilai Kehidupan pada cerpen
Tabel 1
2. Pendapat saya :
O Yang dapat diteladani dari tokoh Aku ialah keingintahuan yang tinggi, ramah,dan tetap menjenguk orang tua meskipun rutinitas yang dijalaninya padat
O Yang dapat diteladani dari tokoh Hans ialah mempunyai perhatian terhadap sesama, dan berbakti kepada orangtua.
O Yang dapat diteladani dari tokoh Ibumu ialah berjiwa sosial tinggi, perhatian, sabar dalam menerima segala cobaan,dan ikhlas dalam merelakan sesuatu padahal itu menyakitkan dirinya sendiri
O Yang dapat diteladani dari tokoh Ayahmu ialah tetap tegar walau sudah kehilangan istrinya, penuh kasih sayang, dan perhatian
3. Nilai Kehidupan
No | Nama | Yang dipikirkan | Yang dilakukan | Data tekstual |
1. | Aku | Ingin mengungkapkan penyakit yang dideritanya. | Malah menceritakan kematian ayahnya. Tapi pada akhirnya (aku) mengirim surat sebelum meninggalkan Berlin. | -Atau kukatakan saja sekarang? -Tapi aku malah bercerita tentang kematian Ayahku. - Setelah meninggalkan Berlin, aku akan menulis surat terakhir untukmu |
2. | Hans | Dalam alur flash back, Hans memikirkan kondisi ibunya yang kritis. | Hans dengan mempercepat laju mobilnya untuk segera ke rumah sakit. | -Namun, ibumu tidak pergi seperti Rosa. Ia meninggal dalam kamar yang tenang ketika kamu tengah mengemudi dengan kecepatan tinggi untuk menemuinya terakhir kali. |
3. | Ibumu | Dalam alur flash back, ibu memikirkan tentang keadaan keluarganya setelah ia meniggal | Memutuskan agar suaminya lebih baik mencari pendamping yang lain. | -Ibumu ingin kalian terbiasa dengan ketidakhadirannya atau ia memang ingin melepas semua ikatan dengan kehidupan lebih dini.. - Ia bahkan berkata pada ayahmu untuk mencari seseorang yang lain sebagai penggantinya. |
4. | Ayahmu | Inilah cara pergi (meninggal) yang diinginkan istrinya. | Berusaha tetap tegar dan tabah dengan menghibur diri. | -Ayahmu lantas menghibur diri lebih keras bahwa inilah cara pergi yang diinginkan istrinya. |
Tabel 2
No | Nilai kehidupan | Peristiwa atau data tekstual |
1. | Sosial | -Kamu akan mengunjungi ayahmu sebulan sekali setidaknya jika menetap dan bekerja di Berlin. -”Ibu saya seorang guru, kepala sekolah yang baik dan serius bekerja, sangat memperhatikan anak-anaknya, sedikit tidak sabar, dan kadang-kadang khawatir,” - Aku merengkuh pundakmu, mengajakmu terus melangkah, tiada berkata-kata. - Kamu memijat lembut kaki-kakinya. Kamu belum siap berpisah. - Kamu meraih tanganku dan menggenggamnya erat. - Setelah dia meninggal, aku pulang ke rumah sebentar untuk menengok ibuku. - Sudah dua kali kita bertemu di kota ini. - Ibumu ingin kalian terbiasa dengan ketidakhadirannya.. - Ia bahkan berkata pada ayahmu untuk mencari seseorang yang lain sebagai penggantinya. -”Tolong kamu pikirkan ini baik-baik. Jangan hidup sendirian. Siapa pacarmu sekarang?” |
2. | Ekonomi | Ayahmu di lantai bawah. Dari jendela apartemen, puncak-puncak gedung dan langit bersih terlihat jelas dan seolah lebih nyata dari hari-hari sebelumnya karena baru sekarang perhatianmu benar-benar tercurah pada pemandangan di luar sana, |
3. | Budaya | ”Saya sudah pergi ke mana-mana, kadang meninggalkan negara ini dan sekarang saatnya tinggal. Tapi sebenarnya negara yang mana ya? Negara saya sudah tidak ada,” tuturmu seraya tertawa. Usiamu 10 tahun saat tembok itu hancur. Orang-orang di timur bebas pergi ke barat, lalu kata ”timur” dan ”barat” itu benar-benar lenyap. |
4. | Moral | ”Ayah sudah punya seseorang sekarang, yang dia sedikit cinta. Saya senang dia kembali hidup”. Kamu terdengar merestui hubungan mereka |
KD 8.1 Menulis Kembali dengan Kalimat Sendiri Cerpen yang dibaca
Untuk kedua kalinya tokoh Aku dan Hans bertemu lagi di tepi sungai Spree,Berlin, dimana tempat dibuangnya mayat seorang sosialis dunia, Rosa Luxemburg. Tokoh Aku dan Hans adalah sahabat karib, mengenal satu sama lain setelah seminar tentang negara-negara berkembang. Disana, mereka mengenang suatu kisah kematian dari ibunya Hans, beliau adalah sosok yang berjiwa sosial, merupakan seorang guru,kepala sekolah,namun tetap memperhatikan anak-anaknya. Beliau meninggal dalam keadaan penuh ringis, di satu sisi beliau terbaring tanpa daya,memejam mata selama hampir 3 jam, sementara di sisi lain keluarga tercinta masih dalam keadaan dijalan dengan penuh kebimbangan. Suntikan morfin membuat sebuah kedamaian akan kehidupan lain untuk ibunya Hans. Tengah itu, Hans sedang mengemudi dengan kecepatan se-waspada hatinya. Ayahnya Hans bahkan datang lima menit setelah ibunya Hans sudah menghirup dunia untuk terakhir kalinya. Tentu, hati ayahnya Hans sangat terbesat dengan semua yang ia lihat kelak itu, perawat tak berkata lain,hanya mampu meyakinkan sosok tegar nan tersakiti. Namun, sebelum ibunya Hans memasuki dunia berbeda,beliau sudah memesan agar ayahnya Hans mencari pendamping hidup setelah dia meninggal, beliau ingin mereka terbiasa dan mengikhlaskan sebuah takdir kematian yang dijalani ibunya Hans.
Hari-hari sebelum ibunya Hans meninggal, dilakukan bak sebuah keluarga mungil nan bahagia, suatu hari mereka bertamasya ke pantai, Hans beriang gembira bersama kembarannya, Fabian. Kendati, apa daya sang pencipta waktu sudah berkehendak lain. Kenangan itu masih tertimbun erat di hatinya Hans, dan diwujudkan oleh sebuah foto di sebuah kamar ibunya Hans, foto dari Hans sewaktu kecil sampai tumbuh remaja, yang mereka arungi bersama.
Semenjak ketidakhadiran ibunya, Hans berusaha untuk selalu menjenguk ayahnya ke kampung halamannya di Berlin ,setelah hampir tiga belas tahun berkelana tanpa memikirkan keadaan di rumah. Kisah yang sama pula dirasakan oleh tokoh Aku, setelah ayahnya Aku meninggal, Aku menyempatkan diri bersinggah ketempat ibunya, mengenang sejumput barang-barang suatu ia masih kanak-kanak, yakni baju balet di usianya ketika tujuh tahun, benda-benda mungil itu masih tersimpan dengan layaknya di sebuah lemari tua milik ayahnya Aku, sebagai ungakapan rasa rindu akan kehadiran buah hatinya.
Ada hal lain yang menjadi pemicu masalah, awalnya niat tokoh Aku bertemu dengan Hans adalah ingin mengungkapkan sesuatu menyangkut kehidupan tokoh Aku, namun Aku berfikir, mungkin lain kali saja, karena Hans masih dalam keadaan di ambang hanyut oleh kematian ibunya. Tokoh Aku tidak mau membuat Hans semakin bersedih, maka dibuatlah olehya keadaan yang menghibur, padahal sebenarnya pertemuan mereka mungkin saja menjadi yang terakhir kalinya. Karena ternyata tokoh Aku mengidap penyakit yang akut dan bisa menelan rongga kehidupan tokoh Aku. Dan pada akhirnya, tokoh aku hanya bisa mengirim surat kepada Hans bahwa mereka tidak akan bisa menjalani hari-hari bersama lagi dimanapun dan kapanpun.
0 komentar:
Posting Komentar